Kurang lebih 30 menit kami terguncang di atas 2 buah truck menunju Desa Palintang. Kali ini kami berkekuatan 20 sepeda dengan 1 orang cycist-wati diantaranya. Perjalanan ke atas cukup melelahkan juga, gancangan truck yang melintas di atas jalan berbatu membuat kami harus berhati-hati memegang erat bak truck sambil tetap memasang kuda-kuda agar tidak jatuh menimpa ‘kumpulan’ sepeda yang disusun rapi di depan kami, nggak lucu juga
Akhirnya kami sampai juga di lokasi start, sebuah mushalla di Desa Palintang. Setelah unloading dan re-checking kondisi sepeda kami istirahat sejenak untuk mengkondisikan kembali kondisi isi perut yang mungkin sudah tidak beraturan akibat gucangan di atas truck.
Setelah briefing singkat dari ketua rombongan, Om Tiyo, mengenai deskripsi track yang akan dilalui serta safety riding selama perjalan dan tak lupa do’a bersama dengan dipimpin Pak Haji Yushar, kami pun memulai perjalanan. Waktu menunjukkan pukul 09.30.

Track awal dimulai dengan tanjakan ringan yang cukup panjang. Namun begitu bagi kami pada umumnya yang masih perawan cukup berat juga, jurus TTb (Tuntun Bike) akhirnya kita pakai juga.mengembalikan tenaga. Dengan cuaca yang cukup panas membuat korban pertama pun jatuh, dari rombongan belakang ada kabar, ‘Mr. Mudi ongkek. Kami pun berhenti sejenak untuk mengembalikan tenaga.

Di sini ekspresi narsis pertama di mulai, berikut beberapa hasil jepretannnya :
“Ayo sedelnya diturunkan” aba-aba dari om Tiyo ini yang membuat kami cukup girang, artinya track selanjutnya pasti turunan, ini yang saya suka…..!!!
Benar saja, dengan menembus jalan setapak di antara semak belukar aksi kebut-kebutan layaknya film
Waktu menujukkan pukul 11.41, time to lunch. Di tengah rimbunnya pohon nasi pepipela nikmat sekali menjadi menu siang kami saat itu. Beberapa dari kami pun meninggalkan jejak urine.
Perjalanan pun berlanjut, masih di hutan pinus dan sekarang giliran Mas Hilman yang terjerambab di pemberhentian di tengah rimbunnya pepohonan, tidak parah. Kami rehat kembali unttuk memeriksa kondisi kendaraan, ternyata sedel milik Mas Endro miring, mungkin terlalu berat menanggung beban tubuhnya. Sigap operasi pembedahan dilakukan oleh Om Tiyo.
Track selantutnya kembali kami dihadapkan pada jalan naik ringan dan berbatu, di sini beberapa kali perjalanan kami agak terganggu oleh polusi udara dari motocross yang kebetulan melintas, dan kembali setelah beberapa saat ngaboseh beberapa dari kami mengeluarkan jurus TTb, malu….gak tuh....
Kebetulan jarak kami agak renggang. Sendiri di tengah hutan membuat nyali agak ciut juga, di depan dan di belakang tidak ada penampakan yang menunjukkan tanda-tanda kebersamaan. Wuiiii…
Akhirnya sampai juga kami di puncak bukit, hamparan kebun pertanian dan Setelah menikmati pemandangan beberapa saat, perjalanan dilanjutkan dengan melintasi kebun rakyat, track tetap jalan tanan menurun dan kali ini korban yang saya ingat adalah Om Hotman yang ngungseb di kebon kol, menimpa tanaman rakyat…. panik juga dia, merasa bersalah sudah merusak kebun masyarakat. Korban selanjutnya adalah Bu Anne, saya tidak tahu detailnya. Memasuki kebun jagung, Om Tiyo agak kebingungan karena menurutnya suasana alam sudah berubah (hi..hi.gak lucu
Akhirnya kami tiba di sebuah warung, kami istirahat menambah perbekalan dan rehat untuk shalat, waktu menunjukkan pukul 14.15. Setelah berdikusi, akhirnya kita putuskan untuk mengambil rute jalan beraspal, dan akhirnya kami tiba juga di Cigending, 1 km dari Pasar Ujung Berung dan perjalanan pun berakhir di Masjid Raya Ujung Berung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar